Keadaan geologi pada pondasi bendungan sangat empengaruhi pemilihan tipe bendungan, oleh karena itu penelitian dan penyelidikan geologi perlu diadakan dengan cukup dan baik. Sebagai contoh : suatu bendungan terletak disuatu lembah yang sempit dan lebarnya leih kecil dibandingkan dengan tingginya. Dari segi topografi lebih condong untuk memilih tipe beton berbentuk lengkung, akan tetapi karena keadaan geologi yang kurang baik, gaya geser batuan rendah sehingga tidak dapat menahan bendungan beton maka terpaksa dipilih tipe bendungan urugan batu atau urugan tanah.
Pembagian jenis-jenis pondasi bendungan
Pada umumnyaada 4 jenis pondasi yang sering dijumpai, yaitu :
Podasi batuan ; dari segi daya dukung tanah tidak ada masalh terutama batuan yang tidak terkena pelapukan. Adanya pelapukan akan mengurangi daya dukung dan gaya geser tanah.pondasi batuan sangat cocok untuk segala tipe bendungan, baik yang rendah maupun yang tinggi. Masalah yang biasanya dihadapi adalah : kemungkinan adanya retakan, celah, rekahan, atau patahan yang dapat mengakibatkan rembesan air. Jadi masalh yang dihadapi adalah mengatasi rembesan air.
Pondasi pasir dan kerikil ; dari segi daya dukung tanah dan tegangan geser biasanya tidak ada masalah terutama untuk bendungan urugan, sedang untuk bendungan betonmemerlukan penelitian penyelidikan yang lebih dalam. Masalah yang sering dihadapi adalah mengatasi rembesan.rembesan air dapat berasal dari :
- Pondasi bendungan
- Pertemuan bendungan dengan tebing kiri dan tebing kanan
- Tanah sekitar waduk
- Tanah disebelah hilir waduk, teerutama di daerah dekat sumber mata air.
Rembesan air yang cukup besar disebut bocoran. Untuk jenis tanah yang sifatnya lepas, yaitu pada pasir halus dan pasir kasar ada masalah lain yang cukup sulit mengatasinya ,, yaitu bahaya liquefaction. Liquefaktion adalah peristiwa penurunan volume bahan bendungan lepas yang terjadi sebagai akibat dari gempa bumi pada waktu bahan tersebut jenuh oleh air. Dengan adanya penurunan volume, maka tegangan gesernya akan mengecil yang menyebabkan bendungan diatasnya menggeser atau turun dengan tiba-tiba. Lebih berbahaya lagi apabila penurunannya tidak seragam. Selain turun bendungan mengalami keretakan, bahkan pecah mengakibatkan rembesan air menjadi lebih besar dan dengan sendirinya sangat membahayakan keamanan bendungan.

Pondasi tanah liat dan lumpur, pondasi tanah aluvial ; kerena tanah sifatnya kedap air maka rembesan air tidak mengalami masalah. Masalh yang sering dihadapi adalah daya dukung tanahnya endah maka hanya cocok untuk bendungan urugan. Sedangkan untuk bendungan beton harus diadakan penelitian dan penyelidikan geologi yang sangat mendalam. Ini pun biasanya hanya untuk bendungan beton yang relatif tidak tinggi. Untuk bendungan beton berbentuk lengkung memerlukan daya dukung tanha dan tegangan geser yang tinggi maka bendungan tipe ini tidak cocok dipakai disini. Kalaupun terpaksa digunakan akan mengallami kesulitan di dalam pelaksanaannya.
Pondasi yang merupakan gabungan antara 2 atau lebih ; justru jenis pondasi inlah yang sering dijumpai dilapangan. Dengan sendirinya menimbulkan permasalahan yang kadang-kadang sulit mengatasinya.

Sifat-sifat batuan
Ada 6 sifat-sifat batuan yang sangat penting untuk merencanakan pondasi dengan baik yaitu : gaya pecah, gaya geser, elastisitas, perubahan bentuk, gaya tektonik dan kelulusan air.
Gaya pecah : ini sangat mempengarihi daya dukung yang dapat ditahan oleh batuan. Daya dukung batuan sebagai pondasi bendungan tergantung pada :
- Kualitas batuan yaitu ada tidaknya retakan, celah, rekahan, patahan, dan bahan pengisi yang terdapat diantara lubang-lubang.
- Derajat pelapukan
- Persentase retakan yang sangat kecil yang terdapat di daerah tersebut.
Untuk menentukan besarnya gaya pecah, dapat diukur dengan pengujian gaya tekan tak terbatas dengan mengambil contoh dilapangan. Kalau dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Varshney dalam bukunya : Concrete Dam dengan Henry Thomas dalam bukunya : The Engineeringof Large Dams, ternyata angkanya tidak sama, ada sedikit perbedaan. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah cara penyelidikan yang tidak sama, misalnya arah pengambilan contoh batuannya berbeda. Kemungkinan lainnya adalah keadaan batuan yang tidak sama. Inilah yang menyebabkan perlunya diadakan pengujian dengan contoh batuan yang terdapat di lapangan.
Gaya geser ; gaya geser tergantung pada sudut gesekan dalam yang merupakan angka dari tangens sudut yang bersangkutan menurut rumus :
F = tg €
Elastisitas batuan ; merupakan angka yang diperoleh berdasar pengujian di laboratorium, jadi hanya dipakai untuk perkiraan sementara.
Perubahan bentuk batuan ; menurut standar yang diterbitkan oleh The Japanese National Comitte on Large Dams, dianggap bahwa modulus elastisitas batuan sama dengan modulus deformasi atau modulus perubahan bentuk batuan. Sedang menurut standar yang berlaku di Eropa, USA, dan Australia memiliki perbedaan. Adapun perbedaannya adalah modulus elastisitas diukur di laboratorium sedangkan modulus deformasi diukur di lapangan sehingga hasilnya kadang-kadang sangat berlainan. Hal ini sebagai akibat terdapatnya retakan, celah dan rekahan di lapangan yang apabila dilakukan di laboratorium, contoh tanahnya tidak dapat mencakup secara keseluruhan. Angka diukur dilapangan biasanya lebih rendah dibandingkan dengan yang diukur dengan di laboratorium.
Gempa tektonik ; gempa tektonik adalah gempa yang terjadi sebagai akibat gerakan bumi yang jauh dari kulit bumi. Gerakan ini ada yang ringan maupun yang sangat dahsyat. Gempa ini dapat menyebabkan retakan/patahan. Apabila hal ini terjadi pada batuan pondasi bendungan dapat menimbulkan lubang sehingga tegangan geser yang mempertahankan stabilitas konstruksi menjadi berkurang. Akhirnya dapat menyebabkan runtuhnya bendungan.
Kelulusan air ; sesudah bendungan selesai dibangun maka waduk mulai dioperasikan dengan demikian akan selalu terisi air seperti yang ditentukan. Air menekan bendungan dan mencari lubang untuk dilewatinya. Untuk pencegahan maka harus disediakan filter.
Perbaikan pondasi bendungan
Untuk dapat mengadakan perbaikan pondasi harus diketahui terlebih dahulu jenis dan sifat batuan yang ada. Adapun tujuan dari perbaikan pondasi adalah :
- Agar tegangan tanah yang timbul sebagai akibat berat sendiri dari bendungan, tekanan air, gaya gempa, dan muatan-muatan yang bekerja padanya tidak melewati daya dukung tanah pondasi bendungan maupun ditebing kiri dan kanan.
- Agar rembesan air yang timbul dibawahpondasi pondasi bendungandan di abutmen bendungan tidak melampaui batas yang telah ditetapkan.
Hal ini tidak hanya yang berbatasan dengan bendungan tetapi adakalanya juga jauh dari bendungan baik di sekitar waduk maupun di daerah yang agak jauh dari waduk.

FACEBOOK COMMENTS